Thursday, March 17, 2011

BAB XII NU DAN NKRI DALAM BAHAYA








 BAB XII   MEMAHAMI  
AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH




Faham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah  antara ekstrem aqli (rasionalis/Mu’tajilah) dengan kaum ekstem naqli (skripturalis/Jabariah). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal (daya nalar) ditambah dengan realitas empirik.  Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti   Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi Kemudian dalam bidang fikih mengikuti  empat Madzhab  Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang   tasawuf, mengembangkan metode  Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan   antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1985, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara.  Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.
Ahlussunnah Wal Jama’ah, menurut Etimologi merupakan rangkaian kata yang terdiri dari kata  Ahlus-sunnah dan Ahlu-Jama’ah. Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah secara harfiah berati Kelompok orang yang terpimpin yang mempergunakan aturan Sunnah .
Menurut istilah Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah adalah Jama’ah Muslim yang mempergunakan aturan Al-Qur’an, dan aturan Sunnah. Ijma dan Qiyas (Orang yang mengamalkan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SWA.), termasuk Ahli Sunnah Orang awam yang mengikuti Faham mereka (Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili, Manhaj Ahlus sunnah Wal Jama’ah Pustaka Al-Kausar Jakarta  Juli 2002).
Dalam kedudukannya sebagai Faham, Faham Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah berarti: Faham Islam yang Kaffah yang dibawa Nabi Muhammah SAW. yang dianut oleh segenap kaum Muslimin, baik dibidang Aqidah, Syari’ah maupun akhlak (Tasawuf). Inilah Faham Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah yang dijadikan Faham Nahdlatul Ulama.



ASWAJA  KAJIAN TEOLOGI




Dilihat dari Teologi sebagaimana aliran  yang lahir pada abad pertengahan, Ahlussunnah waljama'ah merupakan aliran yang holistik (menyeluruh), Aswaja mencakup pandangan tentang realitas (ontology), pandangan tentang pengetahuan dan pandangan tentang tata nilai (aksiologi), kemudian masih dilengkapi lagi pandangan mengenai masa depan yang dijanjikan (eskatologi).
Pandangan holistik, berasumsi bahwa sebuah aliran mampu menjawab dan mengatur segala aktivitas manusia di segala bidang, pandangan itu memang merupakan ciri khas dari pemikiran skolastik. Sementara pandangan holistik tentang
Aswaja itu oleh kalangan NU dirumuskan, sebagai landasan berpikir, bersikap dan bertindak, Sedangkan kalangan Islam revivalis merumuskan Aswaja sebagai teori dan praktek yang menyangkut dimensi lahir dan batin. Pandangan yang serba meliputi itu dirinci dalam berbagai disiplin keilmuan dan agenda kegiatan sosial. Oleh karena itu dalam pengertian kontemporer Aswaja tidak hanya meliputi doktrin teologi (akidah). tetapi telah dikembangkan sebagai ideologi pembaruan sosial.
Walaupun Aswaja mengklaim sebagai system yang menyeluruh. tetapi sulit sekali menemukan kitab atau literatur, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Arab yang membahas atau memaparkan pandangan Aswaja yang menyeluruh seperti yang mereka klaim selama ini.
Aswaja yang dirutuskan KH. Hasyim Asy'ari misalnya, walaupun telah mencakup bidang akidah, fikih dan tasawuf, tetapi tidak mencakup bidang filsafat dan politik, walaupun bidang politik ini juga dibahas di lain kesempatan, dalam Resolusi Jihad misalnya, bisa dimasukkan dalam sistem Aswaja yang ia bangun. Kemudian kalangan NU sebagaimana lazimnya melihat bahwa filsafat NU adalah Ghazalian sementara politiknya Mawardian dan sebagainya. Semuanya itu lebih banyak dipraktekkan ketimbang dirumuskan secara konseptual.
Upaya menyusun Aswaja secara sistematis sebagai sebuah aliran pemikiran dan gerakan yang holistik telah banyak diupayakan, seperti yang digagas oleh Lakpesdam Yogyakarta dengan bukunya Teologi Pembangunan (1988)
Kritik serius yang diarahkan pada Aswaja konvensional itu akhirnya juga direspon oleh para ulama NU yang berusaha mendefinisikan kembali Aswaja secara lebih mencakup. Tetapi usaha ini banyak mendapat sandungan karena para ulama masih belum beranjak dari konsep lama yang melihat Aswaja hanya sebatas akidah.
Kemudian juga dalam buku yang ditulis oleh PBPMII, (1997) yang hampir mencakup seluruh aspek kehidupan, hanya sayangnya karena lemahnya kerangka filosofis, maka berbagai aspek yang diuraikan antara pandangan Aswaja di bidang keilmuan, social, politik dan ekonomi tidak saling berkaitan, secara logis, karena lebih menekankan segi-segi aktivismenya.
Dalam karya Syeikh Abdul Hadi al Misri, sebenarnya berpretensi menampilkan Aswaja yang utuh, tetapi sekali lagi ia gagal menjelaskan relasi Aswaja dengan perkembangan masyarakat kontemporer, akhirnya kembali pada tradisi lama, yang hanya berputar di sekitar pembahasan akidah.
Sementara Karya Ali Asghar lebih menekankan dimensi aktivismenya, maka ia hanya mengekspos segi-segi pembebasan dari doktrin Islam. Sebenarnya yang cukup lengkap adalah yang dirumuskan oleh Hassan Hanafi, hanya saja tersebar di berbagai kitab sehingga perlu  perhatian khusus untuk memahaminya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa sebagai upaya untuk mewujudkan klaim bahwa aswaja merupakan ajaran yang holistik. masih merupakan agenda dan masih perlu digarap serius.
Pandangan semacam itu diperlukan agar Aswaja peduli dengan perkembangan masyarakat kontemporer, baik dari segi pemikiran keilmuan hingga ke masalah pergerakan sosial politik, untuk menegakkan keadilan dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Karena itu Aswaja tidak lagi bisa diterima apa adanya, sebagaimana ketika diwariskan oleh para leluhur kepada kita, melainkan diperlukan reformulasi dan terobosan baru, sesuai dengan perkembangan aspirasi umat manusia dewasa ini.
Gerakan Aswaja kontemporer bukan lahir dari persoalan pemahaman terhadap doktrin, tetapi lebih didorong oleh terjadinya pergumulan sosial yang terjadi di Dunia Ketiga pada umumnya dalam menghadapi represi dari negara otoriter dan eksploitasi dari kapitalisme dunia atas nama pembangunan dan kemajuan. Maka di situlah gerakan teologi kontemporer merumuskan agenda emansipasi social, dan berusaha menciptakan persaudaraan kemanusiaan universal (ukhuwah insaniyah) sementara Aswaja klasik sangat menekankan doktrin najiyah-, sehingga tanpa disadari menjadikan Aswaja sebagai doktrin yang eksklusif, yang menuduh aliran lain sebagai sesat, bahkan kafir, padahal aliran ini megklaim diri bersikap kejamaahan (inklusif), maka sikap najiah bertentangan dengan prisip jamaah. Maka gerakan baru ini mempertegas Aswaja dengan prinsip kejamaahan serta menolak doktrin najiah yang mengeksklusi pihak lain di luar kelompoknya secara semena-mena. Dengan berpegang pada prinsip jamaah tidak berarti mengikuti ajaran mereka, melainkan menjadikan mereka yang berbeda sebagai mitra dialog dalam mencari kebenaran.
Selanjutnya juga terjadi perubahan yang mendasar dengan penegasan bahwa kalau selama ini ham  menekankan pada prinsip harmoni. maka Aswaja lebih pro kekuaan termasuk kekuasaan represif. seperti kata sebuah doktrin bahwa barang siapa yang menyaksikan  penyirnpangan pemerintahan, hendaklah bersabar sebab seseorang yang sejengkal saja memisahkan diri dari Jam'iah (lingkungan) pemeritahan tersebut, maka ia tergolong orang jahiliyah dan banyak ajaran serupa.
Sementara gerakan Aswaja sekarang ini lebih menekankan pada prinsip keadilan, sejalan dengan problem yang dihadapai masyarakat saat ini, karena itu Aswaja lebih diorientasikan pada penderitaan masyarakat tertindas. Dari situ kemudian Aswaja di break down menjadi ideologi emansipasi, bagi rakyat tertindas dan terperas. Kemudian sebagai kepedulian terhadap persaudaraaan manusia universal, maka menolak doktrin najiyah yang aksklusif, kemudian mengembangkan doktrin jamaah yang inklusif. Dengan demikian Aswaja menjadi ideologi yang toleran dan benar-benar menghargai pluralitas yang hidup di lingkungan masyarakat dewasa ini.
Gagasan pembaruan Aswaja yang dilakukan Dr. Said Agil Siraj ditentang oleh mayoritas ulama dalam forum ini, sehingga upaya memperluas cakupan Aswaja tidak terjadi. Definisi Aswaja yang dirumuskan hanya penegasan kembali terhadap definisi lama, yaitu sekelompok umat Islam yang berpegang teguh pada pada sunnah Rasul dan Sahabat".
Kemudian ada yang menambahkan dengan kalimat "wa man tabi'ahum biihsanin ila yaumiddin." Elaborasi konsep jamaah ini merupakan tindakan revolusioner karena yang dimaksud jamaah tidak hanya sawadil a'dlham (mayoritas urnat) terutama elite ulama atau intelektualnya yang ada seperti Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hambali dan sebaginya. Jamaah yang dikembangkan dalam pengertian baru ini mencakup keseluruhan pemikiran kontemporer yang dipandang maslahah (relevan) dengan gerakan penegakan keadilan dan emansiapasi social.
Untuk membongkar stuktur penindasan dan pola eksploitasi yang berkembang dewasa ini, maka Aswaja menggunakan teori sosial yang ada baik teori strukturalisme, teori kritis dan sebagainya. Kalau teori modernisasi bermotif untuk mendominasi, maka teori kritis ini bertujuan melakukan emansipasi, karena itu teori yang belakangan ini banyak digunakan kalangan NU dalam menjalankan aktivitas pemikiran dan sebagai sarana gerakan pembaruan sosial.
Perubahan orientasi bagi suatu mazhab atau aliran itu sangat wajar, di tengah perubahan zaman, hampir semua mazhab, aliran pemikiran mengalaminya. Hal itu ditempuh agar pemikiran tersebut terus relevan dan semakin besar. Mungkin bagi kelompok tekstualis hal itu dianggap bid'ah karena mengubah format ajaran dianggap sesat dan kesalahan besar. Tetapi perubahan ini oleh kalangan pembaru termasuk pembaru Aswaja dianggap sebagai keharusan agar Aswaja tidak kehilangan relevansi dapat mampu mengemban tugas profetiknya, untuk mengemansipasi rakyat dari berbagai macam kesulitan, agar hidup mereka sejahtera, dengan demikian Aswaja menjadi ajaran yang hidup, bukan sekadar warisan sejarah.
Tafsiran atas setiap ajaran, mazhab dan aliran, bukanlah monopoli generasi pendirinya, melainkan milik generasi di masing-masing zaman, karena itu setiap generasi berhak memformat gagasan yang mereka peroleh dari generasi sebelumnya. Maka bisa kita rumuskan bahawa Aswaja sekarang ini adalah apa yang sudah kita rumuskan dan praktekkan selama ini (ma ana `alaihi wa ash-habi) artinya tidak hanya apa yangdilakukan nabi dan sahabat, tetapi termasuk apa yang kita upayakan bersama, hanya saja masih butuh reformulasi lebih matang dan butuh artikulasi lebih mendalam, agar sosoknya semakin kelihatan. Prinsip ini juga mengandaikan adanya reformulasi yang terus menerus, pada setiap generasi.
Karena Aswaja lahir dari pergumulan sosial, maka sikap kerakyatan menjadi orientasi gerakan pemikiran dan gerakan sosial yang mereka jalankan. Situasi politik dan sosial sejak zaman orde baru hingga masa reformasi ini banyak mengalami perubahan, tetapi tidak mengarah pada perbaikan yang membawa keuntungan bagi rakyat, baik bidang politik apalagi dalam bidang ekonomi yang semakin melemah. Reformasi hanya membawa perubahan artifisial, hanya mengganti aktor, tetapi tidak mengubah struktur politik lama, banya perbaikan secara tambal sulam, itupun dilakukan kelmpok lama yang ingin melindungi keselamatan dirinya. Format negara juga belum diubah, sehingga power relation (relasi kuasa) yang lama masih terus berjalan, yang menempatkan pernerintah atau negara sebagai peneritu segala kebijakan, sementara rakyat sebagai pemilik sah kedaulatan tiidak mendapatkan akses kekuasaan. Sementara kalangan elite masih mendminasi kekuasaan baik dalam membuat peraturan dan menentukan arah kebijakan poltik dan ekonomi. Persentuhan dengan persoalan nilai itulah sangat mendorong kalangan NU merumuskan Aswaja yang selama ini dihayati sebagai landasan Akidah itu, menjadi ideologi perjuangan untuk memperbaiki struktur sosial. Gerakan ini semakin menemukan relevansinya ketika ekspansi kapitalisme global semakin agresif, sehingga menggasak sumber-sumber kemakmuran rakyat kecil hingga ke pelosok desa, ini yang dialami oleh pengerak Aswaja yang mendampingi rakyat di desa-desa.
Ketika politik tidak lagi beorientasi kerakyatan, seperti sekarang ini, maka dengan sendirinya seluruh kebijakan, terutama kebijakan ekonomi dan politik yang dihasilkan tidak memihak pada kepentingan rakyat. Ketika harus merespon kebijakan free market (pasar bebas) yang dipropagandakan kapitalisme global melalui World Bank, IMF dalam bentuk WTO, Apec dan sebagainya, maka dengan mudah politik yang elitis ini merespon gagasan liberalisme yang lagi trendy itu agar dianggap sebagai negara modern. Padahal kebijakan tersebut secara total membabat potensi ekonomi rakyat. Terbukti saat ini ekonomi rakyat baik di sektor pertanian, perdagangan dan kerajinan, disapu bersih oleh produk asing yang mulai dipasarkan secara bebas, sementara rakyat tidak mendapatkan perlindungan dari negara dari ancaman yang mematikan itu.
Pola-pola pendampingan rakyat yang dilakukan oleh kalangan Aswaja yang berorientasi kerakyatan seperti yang banyak dilakukan oleh aktivis sosial NU, baik yang bergerak dalam bidang pemikiran maupun pengembangan masyarakat, walaupun belum mampu menandingi gencarnya ekspansi kapitalisme neo liberal yang difasilitasi oleh rezim yang berkuasa. kalangan akademisi di kampus dan didukung beberapa kelompok studi ini. tetapi pendampingan rakyat semacam itu sementara mampu melindungi rakyat dari eksploitasi dan intervensi yang lebih parah dari kapitalisme global. Dengan advokasi yang gigih itu setidaknya rakyat mampu mernbela diri dan rnemperjuangkan hak-hak minimal mereka. Maka diperlukan sistem politik dan ekonomi yang memberikan akses bagi kemakmuran rakyat.
Bila prinsip dan langkah tersebut dijalankan maka Aswaja akan menjadi ajaran Islam semakin meyakinkan, tetapi sekaligus menjadi ideologi pergerakan yang relevan, yang tidak hanva menangani bidang kerohanian kehidupan manusia tetapi juga peduli terhadap persoalan kultural yang dihadapi rakvat dan juga peduli terhadap perluma penguatan basis material masvarakat Dengan demikian aswaja bukan hanya menjadi perbincangan akademis, tetapi bisa dijadikan pegangan kalangan aktivis pergerakan vang hidup di tengah masyarakat. Formulasi Aswaja seperti ini yang memungkinkan Aswaja bisa berjalan seiring dengan ideologi gerakan yang lain, tanpa harus saling mengekslusif, sebaliknya saling menginklusi, karena orientasi dan kepeduliannya sama yaitu melakukan emansipasi sosial.
Lahirnya Teologi Pembebasan, selain digodok dalam perjuangan sosial, dan refleksi dari doktrin agama, juga didukung berbagai teori ilmiah, baik teori kritis, teori ketergantungan dan teori sistem kapitalisme dunia. Lihat Gustavo Gutierrez, A Theology af'Liberation, Orbis Book, New York 1973.
Pada dekade 50-60-an kalangan Jesuit dengan berani membalik orientasi Katolisisme yang selama ini pro negara dan pro imperialis, kapitalis, menjadi doktrin yang concern pada perjuangan rakyat, yang sama sekali bertolak belakang dengan doktrin Katolik Roma. Lihat Malachi Martin, The Jesuits, Simon & Schuster. New York. 1987. Demkian juga ajaran Marxisme berkembang pesat justeru setelah dibongkar secara mendasar oleh kalangan Neo Marxis dan New Left (Abdul Mun'im DZ Aswaja Dari Teologi Sampai Ideologi Gerakan NU Online).
Dengan paparan diatas tampak jelas, sikap politik NU dilihat dari ajaran Teologi Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah, lebih banyak menekankan pada menjadikan agama sebagai pedoman berbangsa dan bernegara, melakukan pembelaan terhadap hak-hak masyarakat, membebaskan masyarakat dari kebodohan, keterbelakangan dan penghambaan terhadap manusia, menjungjung tinggi keadilan, menciptakan system pemerintahan yang bersih dan berwiba, menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Dengan demikian konsep aswaja kedepan adalah faham yang berbicara tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan standar Agama sebagai pedoman dalam bersikap dan berprilaku.
Aswaja tidak jumud, melainkan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman, pada kontek seperti ini aswaja baru akan dapat menjawab tantangan zaman dan aswaja tidak akan pernah ketinggalan zaman



 PENGERTIAN AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH
KAJIAN KITAB KUNING


Menurut Etimologi
Kata (أَهْلُ السُنَّةْ وَالجَمَعَةْ) adalah dua suku kata yaitu (أَهْلُ السُنَّةْ) dan (الجَمَعَةْ أَهْلُ) Ahlu dalam Al-Qur'an terdapat pada 54 ayat, artinya pemilik, pengamal, penganut atau pemakai. Sedangkan kata Sunah  dalam Al-Qur'an terdapat dalam 10 ayat, artinya "Ketentuan, Jalan, hukum, Ketetapan".
(الوجيز في عقيدة السلف الصالح أهل السنة والجماعة - (ج 1 / ص 23)
السنَة في اللغة مشتقة من : سَن يَسِن ، ويَسُن سَنّا ، فهو مَسْنُون . وسَن الأمرَ : بَينَه . والسَنَة : الطريقةُ والسِّيرة ، محمودة كانت أَم مذمومة .
ومنه قول النَّبِي صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم : « لَتَتَبِعُنّ لسَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرا بِشِبرْ وذِراعا بِذِراع » (رواه البخاري ومسلم) أَي : طريقتهم في الدِّين والدنيا . وقوله : « مَنْ سنّ في الإسلاَمِ سنَةَ حَسَنه فَلَهُ أَجْرُها وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بهَا منْ بَعْدِه ؛ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أجُورِهِمْ شَيْءٌ ، ومَنْ سنَّ في الإِسلام سُنَّة سيئة » (رواه مسلم) - أَي : " سيرة . . . الحديث " (انظر معاجم اللغة : لسان العرب، مختار الصحاح، القاموس المحيط : مادة « سنن ».)
As-sunah dalam ilmu bahasa berasal dari kata sana, yasinu, wayasunu, sanan bermakna penjelasan atau jalan.
Secara bahasa Ahlussunah dapat diartikan Pemakai Hukum, Pemakai jalan atau Pengamal hukum (Ketetapan/ketentuan).
( الوجيز في عقيدة السلف الصالح أهل السنة والجماعة - (ج 1 / ص 23)
السنة في الاصطلاح : الهديُ الذي كان عليه رسول اللّه- صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم- وأَصحابه ، علما ، واعتقادا ، وقولا ، وعملا ، وتقريرا . وتُطلق السّنَة أَيضا على سُنَنِ العبادات والاعتقادات ، ويقابل السنَّةَ : البدعة . قال النَّبِيُّ صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم : « فإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدي فَسَيرى اخْتلافا كَثيرا ؛ فَعَلَيْكُمْ بِسنّتي وسُنّةِ الخلَفَاءِ المَهْدِيينَ الرَّاشِدين » (صحيح سنن أبي داود : للألباني)
Sunah adalah petunjuk yang dibawa rasulallah SAW dan  para shahabatnya, dalam bentuk ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan dan takrir (membiarkan/tidak memerintahkan dan tidak melarang).

Dengan demikian Ahlussunah dapat diartikan orang yang mengikuti petunjuk dalam bentuk ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan dan takrir yang dibawa Rasulallah dan para shahabatnya.

Pendapat lain mendefinisi Ahlussunah sebagai berikut:
1.       Orang yang mengamalkan amalan yang dimalkan oleh Rasul Allah dan shahabatnya baik dalam keyakinan, ucapan, perbuatan, takrir dan akhlak Rasul Allah Muhammad SAW.
2.       Ahlussunah dimaknai orang yang berpegang teguh kepada keyakinan, perbuatan, ucapan dan takrir  Muhammad Rasulallah SAW.
3.       Orang yang berpegang teguh (mengmalkan) Agama Islam yang dibawa Muhammad Rasul Allah SAW.

Kata Jam'ah dalam Al-Qur'an terdap pada 50 ayat artinya Kumumpulkan, himpunan, persatuan, perserikatan, bersepakat, bersama-sama, Pertemuan, Mengatur, Kelompok orang,
الجماعة في اللغة : مأخوذةٌ من الجمعِ ، وهو ضمُ الشيءِ، بتقريبِ بعضِهِ من بعضٍ ، يُقال جَمعتُهُ ، فاجْتَمَعَ) . ومشتقة من الاجتماع ، وهو ضد التفَرُّق ، وضد الفرْقَة . والجماعة : العدد الكثير من النَّاس ، وهي أَيضا طائفة من الناس يجمعها غرض واحد . والجماعة : هم القوم الذين اجتمعوا على أَمرٍ ما . (انظر معاجم اللغة : لسان العرب ، مختار الصحاح ، القاموس المحيط : مادة : « جمع »)
Kata jama'ah diambil dari kata jami'a artinya kumpulan sesuatu. Berasal dari kata ijtama'a artinya lawan sendiri dan atau lawan dari bercerai berai.
Jama'ah adalah kumpulan orang banyak atau kelompok orang yang berkumpul karena satu tujuan atau kepentingan.
الجماعة في الاصطلاح : جماعة المسلمين ، وهم سَلَفُ هذه الأُمة من الصحابة والتابعين ومن تَبعهُم بإِحسان إِلى يوم الدِّين ؛ الذين اجتمعُوا على الكتاب والسَنَة ، وساروا على ما كان عليه رسول اللّه- صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم- ظاهرا وباطنا . وقد أَمرَ اللّهُ تعالى عباده المؤمنين وحَثَّهم على الجماعة والائتلاف والتعاون ونهاهم عن الفرقة والاختلافِ والتَناحر ، فقال : { وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا }  وقال : { وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ } وقال النَبِي صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم « وَإِن هَذهِ الملة سَتفْتَرقُ عَلَى ثَلاث وَسَبعين ، ثِنْتانِ وَسَبعونَ في النَّار ، وَوَاحِدة في الجنة ، وَهي : " الجماعَة » (صحيح سنن أبي داود : للألباني) وقال : « عَلَيْكُمْ بالجَماعَة ، وَإِيَّاكُمْ وَالفُرْقَةَ ؛ فَإِنَّ الشَّيطانَ مَعَ الوَاحِدِ ، وَهُوَ مِن الاثْنَيْنِ أَبْعَدُ ، وَمَنْ أَرَاد بُحْبُوحَةَ الجنة ، فَلْيَلْزَم الجَمَاعَة » (رواه الإمام أحمد في : « مسنده » وصححه الألباني في (السنة ) لابن أبي عاصم .) وقال الصحابي الجليل عبد اللّه بن مسعود رضي اللّه عنه : (الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الَحَقّ ، وَإِن كُنْتَ وَحْدَكَ) (أخرجه اللالكائي في : « شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة »)
والجماعة هم الذين يسيرون وفق منهج النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلِّم وأصحابه لا يعدلون عن ذلك ولا يحيدون عنه يمينًا أو شمالًا . قال الشاطبي رحمه الله في الاعتصام : (إن الجماعة ما كان عليه النبي وأصحابه والتابعون لهم بإحسان) . فطريق الخلاص هو اتباع منهج أهل السنة والجماعة قولًا وعملًا واعتقادًا ، وعدم مخالفتهم أو الشذوذ عنهم . قال تعالى : { وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا } (النساء : 115) . أصول الإيمان في ضوء الكتاب والسنة - (ج 1 / ص 394)
Sedangkan menurut istilah kata jama'ah dimaknai kumpulan kaum muslimin dari kelompok shahabat, tabi'in, dan pengikut tabi'in sampai akhir zama. Mereka berkumpul atas dasar kitabullah dan sunah rasulallah SAW.



AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH:

أهل السنة والجمعة هم جماعة المسلمين التي تَجْمَعُوان جماعة وتمسكوان بالدين الله وسنة الرسولله صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم- وأَصحابه ومن تبعهم وسلك سبيلهم في الاعتقاد والعبادة والعمل وهم سلف هذه الأمة من الصحابة والتابعين ومن تَبعهُم بإِحسان إِلى يوم الدين .
Ahlussunah wal Jama'ah adalah kumpulan orang muslim yang membuat perikatan (organisasi) yang berpegang teguh kepada Al-Qur'an, As-Sunah Rasulallah SAW,  Para sahabat serta pengikutnya dan mengikuti jalan mereka dibidang Aqidah, Ibadah dan Mu'amalah.
أهلُ السنة والجمعة: أنهم الفرقة التي وعدها النَّبي صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم  بالنجاة من بين الفرق، ومدار هذا الوصف على اتباع السنة ، وموافقة ما جاء بها من الاعتقاد والعبادة والهدي والسلوك والأخلاق ، وملازمة جماعة المسلمين . وبهذا لا يخرج تعريف أَهل السُّنّة والجماعة عن تعريف السلف ، وقد عرفنا أَنَّ السلف هم العاملون بالكتاب المتمسكون بالسنَّة ؛ إِذن فالسلف هم أَهل السنة الذين عناهم النبي صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم وأَهل السنة هم السلف الصالح ومن سار على نهجهم
أهلُ السنةْ والجمعة هم الذين اجتمعُوا جماعة على الكتاب اللّه وسنة الرسولله صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم وأَصحابه ومَن تبعهم وسلك سبيلهم في الاعتقاد والعبادة والمعاملات والخلوق .
أهل السنة والجماعة وهم الذين يعيشون عقيدة وعبادة علىما كان عليه رسول   الله صلى الله عليه وسلم وأصحابه يعرفون يوم العرض بابيضاض وجوههم . أيسر التفاسير للجزائري - (ج 1 / ص 191)
فَأهلُ السُّنَّةِ والجماعة : هم المتمسكون بسُنٌة النَّبِيِّ- صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم- وأَصحابه ومَن تبعهم وسلكَ سبيلهم في الاعتقاد والقول والعمل ، والذين استقاموا على الاتباع وجانبوا الابتداع ، وهم باقون ظاهرون منصورون إِلى يوم القيامة فاتَباعُهم هُدى ، وخِلافهم ضَلال . (الوجيز في عقيدة السلف الصالح أهل السنة والجماعة - (ج 1 / ص 24)
وأَهل السنَّة والجماعة : يأَخذون بعد الكتاب والسنَّة بما أَجمع عليه علماء الأُمة ، ويعتمدون عليه ، قال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم : « إِن اللهَ لا يَجْمَعُ أمتي عَلى ضَلاَلَة ، وَيَدُ الله مع الجماعَة ، ومَنْ شَذَّ شَذَّ في النار » (صحيح سنن الترمذى : للألباني) (الوجيز في عقيدة السلف الصالح أهل السنة والجماعة - (ج 1 / ص 126)
ثُمَّ مِنْ طَرِيقَةِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ اتِّبَاعُ آثَارِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَاطِنًا وَظَاهِرًا ، وَاتِّبَاعُ سَبِيلِ السَّابِقِينَ الْأَوَّلِينَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ ، وَاتِّبَاعُ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، حَيْثُ قَالَ : « عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِي ، تَمَسَّكُوا بِهَا ، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ » .
وَيَعْلَمُونَ أَنَّ أَصْدَقَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللَّهِ ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَيُؤْثِرُونَ كَلَامَ اللَّهِ عَلَى غَيْرِهِ مِنْ كَلَامِ أَصْنَافِ النَّاسِ ، وَيُقَدِّمُونَ هَدْيَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى هَدْيِ كُلِّ أَحَدٍ . وَلِهَذَا سُمُّوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ ، وَسُمُّوا أَهْلَ الْجَمَاعَةِ ؛ لِأَنَّ الْجَمَاعَةَ هِيَ الِاجْتِمَاعُ ، وَضِدُّها الْفُرْقَةُ ، وَإِنْ كَانَ لَفْظُ الْجَمَاعَةِ قَدْ صَارَ اسْمًا لِنَفْسِ الْقَوْمِ الْمُجْتَمِعِينَ .
وَالْإِجْمَاعُ هُوَ الْأَصْلُ الثَّالِثُ الَّذِي يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ فِي الْعِلْمِ وَالدِّينِ . وَهُمْ يَزِنُونَ بِهَذِهِ الْأُصُولِ الثَّلَاثَةِ جَمِيعَ مَا عَلَيْهِ النَّاسُ مِنْ أَقْوَالٍ وَأَعْمَالٍ بَاطِنَةٍ أَوْ ظَاهِرَةٍ مِمَّا لَهُ تَعَلُّقٌ بِالدِّينِ . وَالْإِجْمَاعُ الَّذِي يَنْضَبِطُ هُوَ مَا كَانَ عَلَيْهِ السَّلَفُ الصَّالِحُ ؛ إِذْ بَعْدَهُمْ كَثُرَ الِاخْتِلَافُ ، وَانْتَشَرَ فِي الْأُمَّةِ . قَوْلُهُ : ( ثُمَّ مِنْ طَرِيقَةِ أَهْلِ السُّنَّةِ . . ) إلخ ؛ هَذَا بَيَانُ الْمَنْهَجِ لِأَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فِي اسْتِنْبَاطِ الْأَحْكَامِ الدِّينِيَّةِ كُلِّهَا ، أُصُولِهَا وَفُرُوعِهَا ، بَعْدَ طَرِيقَتِهِمْ فِي مَسَائِلِ الْأُصُولِ ، وَهَذَا الْمَنْهَجُ يَقُومُ عَلَى أُصُولٍ ثَلَاثَةٍ :
أَوَّلُهَا : كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، الَّذِي هُوَ خَيْرُ الْكَلَامِ وَأَصْدَقُهُ ، فَهُمْ لَا يُقَدِّمُونَ عَلَى كَلَامِ اللَّهِ كَلَامَ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ .
وَثَانِيهَا : سُنَّةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَمَا أُثِرَ عَنْهُ مِنْ هَدْيٍ وَطَرِيقَةٍ ، لَا يُقَدِّمُونَ عَلَى ذَلِكَ هَدْيَ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ .
وَثَالِثُهَا : مَا وَقَعَ عَلَيْهِ إِجْمَاعُ الصَّدْرِ الْأَوَّلِ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ قَبْلَ التَّفَرُّقِ وَالِانْتِشَارِ وَظُهُورِ الْبِدْعَةِ وَالْمَقَالَاتِ ، وَمَا جَاءَهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ مِمَّا قَالَهُ النَّاسُ وَذَهَبُوا إِلَيْهِ مِنَ الْمَقَالَاتِ وَزَنُوهَا بِهَذِهِ الْأُصُولِ الثَّلَاثَةِ الَّتِي هِيَ الْكِتَابُ ، وَالسُّنَّةُ ، وَالْإِجْمَاعُ ، فَإِنْ وَافَقَهَا ؛ قَبِلُوهُ ، وَإِنْ خَالَفَهَا رَدُّوهُ ؛ أَيًّا كَانَ قَائِلُهُ
وَهَذَا هُوَ الْمَنْهَجُ الْوَسَطُ ، وَالصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ ، الَّذِي لَا يَضِلُّ سَالِكُهُ ، وَلَا يَشْقَى مَنِ اتَّبَعَهُ ، وَسَطٌ بَيْنَ مَنْ يَتَلَاعَبُ بِالنُّصُوصِ ، فَيَتَأَوَّلُ الْكِتَابَ ، وَيُنْكِرُ الْأَحَادِيثَ الصَّحِيحَةَ ، وَلَا يَعْبَأُ بِإِجْمَاعِ السَّلَفِ ، وَبَيْنَ مَنْ يَخْبِطُ خَبْطَ عَشْوَاءَ ، فَيَتَقَبَّلُ كُلَّ رَأْيٍ ، وَيَأْخُذُ بِكُلِّ قَوْلٍ ، لَا يُفَرِّقُ فِي ذَلِكَ بَيْنَ غَثٍّ وَسَمِينٍ ، وَصَحِيحٍ وَسَقِيمٍ . شرح العقيدة الواسطية - (ج 1 / ص 353)
وجوب لزوم جماعة المسلمين الذين يسيرون على هدى الكتاب والسنة قولا وعملا واعتقادًا وموالاتهم واتباع سبيلهم والحرص على جمع كلمتهم على الحق وعدم مفارقتهم أو الانشقاق عليهم . كما قال تعالى : { وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ }{ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا } (النساء : 115) . وقال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلِّم : « عليكم بالجماعة فإن يد الله مع الجماعة ، ومن شذ شذ في النار » (الترمذي برقم (2167) ، السنة لابن أبي عاصم برقم (80)) . وعن ابن عباس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلِّم : « من رأى من أميره شيئًا يكرهه فليصبر ، فإنه من فارق الجماعة شبرًا فمات فميتته جاهلية » (صحيح البخاري برقم (7143)) .
فدلت هذه النصوص على وجوب لزوم الجماعة وعدم منازعة الأمر أهله ، والوعيد الشديد لمن يخالف ذلك . إذ أن الجماعة رحمة والفرقة عذاب . أصول الإيمان في ضوء الكتاب والسنة - (ج 1 / ص 379)

Nahdlatul Ulama mendefinisikan Ahlussunah Wal Jama'ah sebagai berikut: "Islam Ahlussunah Wal Jama'ah dimaknai sebagai ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang didasarkan pada  sistim nilai Al-Qur'an, Al-Hadits, Al-Ijma Ulama dan Al-Qiyas Fukoha.
Dalam memahami dan menafsirkan Islam  dari sumber-sumbernya tersebut di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham ahlus sunnah wal Jama’ah  dan menggunakan jalan pendekatan (Al-Mazdhab)
Nahdlatu Ulama  mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fithrah, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki oleh manusia.
Faham keagamaan yang dianut oleh Nahdlatu Ulama  bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta cirri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan untuk menghapus nilai-nilai tersebut.

Dasar hukum  
Perintah untuk berjama'ah (berorganisasi) sebagai mafhum mukholafah dari larangan berpecah belah (bercerai berai). Berjama'ah dimaksudkan untuk mempersatukan potensi yang tercecer yang dimiliki tiap individu. Dengan berjama'ah potensi tersebut akan menjadi super power yang menjadi modal untuk mencapai tujuan mardhotillah (keridhoan Allah). Allah SWT berfirman sebagai bentuk perintah memegang ajaran agama Allah yang dibawa Muhammad Rasulallah SAW dan melarang terjadinya perpecahan ditubuh umat Islam.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (ال عمران : 103)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali-Imran 103)
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (ال عمران : 105)
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (Ali Imran ayat 105)
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (الأنعام :159)
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi  beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.(Al-An'am ayat 159)
وقال تعالى مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (الروم : 32)
yaitu orang-orang yang  memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.(Ar-Ruum ayat 32)
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (الشورى: 13)
Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah  agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) –Nya orang yang kembali (kepada-Nya).(Asy Syuura ayat 13)
حدثنا عيسى بن محمد السمسار الواسطي قال : نا وهب بن بقية قال : نا عبد الله بن سفيان ، عن يحيى بن سعيد ، عن أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة ، كلهم في النار إلا واحدة  . قالوا : وما تلك الفرقة ؟ قال : ما أنا عليه اليوم وأصحابي   لم يرو هذا الحديث عن يحيى بن سعيد إلا عبد الله بن سفيان ( المعجم الأوسط للطبراني ج 11 / ص 113)
حدثنا عيسى بن محمد السمسار الواسطي ، حدثنا وهب بن بقية ، حدثنا عبد الله بن سفيان المدني ، عن يحيى بن سعيد الأنصاري ، عن أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : تفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلهم في النار إلا واحدة ، قالوا : وما هي تلك الفرقة ؟ قال : ما أنا عليه اليوم وأصحابي  لم يروه عن يحيى إلا عبد الله بن سفيان (المعجم الصغير للطبراني ج 2 / ص 348)
حدثنا أبي ، ثنا أبو صالح ، حدثني معاوية بن صالح ، عن الأوزاعي ، عن يزيد الرقاشي ، عن أنس بن مالك ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : افترقت بنو إسرائيل على إحدى وسبعين فرقة ، وإن أمتي ستفترق على اثنتين وسبعين فرقة كلهم في النار إلا واحدة  قالوا : يا رسول الله : ومن هذه الواحدة ؟ قال : الجماعة  قال : فقبض يده ثم قال : ( واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا (سورة : آل عمران آية رقم : 103) ( تفسير ابن أبي حاتم ج 14 / ص 149)
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا (ال عمران : 103) وقال ابن كثير: قوله تعالى "ولا تفرقوا" أمرهم بالجماعة ونهاهم عن التفرقة. وقد وردت الأحاديث المتعددة بالنهي عن التفرق والأمر بالاجتماع والإئتلاف كما في صحيح مسلم من حديث سهيل بن أبي صالح عن أبيه عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال "إن الله يرضى لكم ثلاثا ويسخط لكم ثلاثا يرضى لكم أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئا وأن تعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا وأن تناصحوا من ولاه الله أمركم ويسخط لكم ثلاثا: قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال" . وخيف عليهم الافتراق والاختلاف فقد وقع ذلك في هذه الأمة فافترقوا على ثلاث وسبعين فرقة منها فرقة ناجية إلى الجنة ومسلمة من عذاب النار وهم الذين على ما كان عليه النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه. حدثني المثني قال، حدثنا عبد الله بن صالح قال، حدثني معاوية بن صالح: أن الأوزاعي حدثه، أنّ يزيد الرقاشي حدّثه أنه سمع أنس بن مالك قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"إنّ بني إسرائيل افترقت على إحدى وسَبعين فرقة، وإن أمتي ستفترق على اثنتين وسبعين فرقة، كلهم في النار إلا واحدة. قال: فقيل: يا رسول الله، وما هذه الواحدة؟ قال: فقبض يَدَه وقال: الجماعة،"واعتصموا بحبل الله جميعًا ولا تفرّقوا". القول في تأويل قوله عز وجل : ( وَلا تَفَرَّقُوا ) قال أبو جعفر: يعني جل ثناؤه بقوله:"ولا تفرقوا"، وَلاَ تَتَفَرَقُوا عَنِ دِيْنِ اللهِ وَعَهدَهُ اَلَذِيْ عَهَدَ إِلَيْكُمْ فِيْ كِتَابِهِ، مِنَ الائتلاف والاجتماع على طاعته وطاعة رسوله صلى الله عليه وسلم، والانتهاء إلى أمره. (تفسير الطبري ج 7 / ص 74)
حدثنا بشر قال، حدثنا يزيد قال، حدثنا سعيد، عن قتادة:"ولا تفرّقوا واذكروا نعمة الله عليكم"، إنّ الله عز وجل قد كره لكم الفُرْقة، وقدّم إليكم فيها، وحذّركموها، ونهاكم عنها، ورضي لكم السَمْعَ والطاعة والألفة والجماعة، فارضوا لأنفسكم ما رضى الله لكم إن استطعتم، ولا قوّة إلا بالله. حدثني المثني قال، حدثنا إسحاق قال، حدثنا عبد الله بن أبي جعفر، عن أبيه، عن الربيع، عن أبى العالية:"ولا تفرّقوا"، لا تعادَوْا عليه، يقول: على الإخلاص لله، وكونوا عليه إخوانًا.  حدثني المثني قال، حدثنا عبد الله بن صالح قال، حدثني معاوية بن صالح: أن الأوزاعي حدثه، أنّ يزيد الرقاشي حدّثه أنه سمع أنس بن مالك قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"إنّ بني إسرائيل افترقت على إحدى وسَبعين فرقة، وإن أمتي ستفترق على اثنتين وسبعين فرقة، كلهم في النار إلا واحدة. قال: فقيل: يا رسول الله، وما هذه الواحدة؟ قال: فقبض يَدَه وقال: الجماعة،"واعتصموا بحبل الله جميعًا ولا تفرّقوا". حدثنا أبو عمرو (هو الأوزاعي) ، حدثنا قتادة ، عن أنس. فذكره نحوه مرفوعًا ، ولكن آخره عنده: "كلها في النار إلا واحدة ، وهي الجماعة. حدثنا أبو كريب قال، حدثنا المحاربي، عن ابن أبي خالد، عن الشعبي، عن ثابت بن قُطْبَة المدنيّ، عن عبد الله: أنه قال:"يا أيها الناس، عليكم بالطاعة والجماعة، فإنها حبل الله الذي أمرَ به، وإنّ ما تكرهون في الجماعة والطاعة، هو خيرٌ مما تستحبون في الفرقة". حدثنا إسماعيل بن حفص الأبُلِّيُّ قال، حدثنا عبد الله بن نمير أبو هشام قال، حدثنا مجالد بن سعيد، عن عامر، عن ثابت بن قطبة المدني قال: قال عبد الله: عليكم بالطاعة والجماعة، فإنها حبل الله الذي أمرَ به، ثم ذكر نحوه. حدثنا بشر قال، حدثنا يزيد قال، حدثنا سعيد، عن قتادة:"ولا تفرّقوا واذكروا نعمة الله عليكم"، إنّ الله عز وجل قد كره لكم الفُرْقة، وقدّم إليكم فيها، وحذّركموها، ونهاكم عنها، ورضي لكم السمعَ والطاعة والألفة والجماعة، فارضوا لأنفسكم ما رضى الله لكم إن استطعتم، ولا قوّة إلا بالله. حدثني المثني قال، حدثنا عبد الله بن صالح قال، حدثني معاوية بن صالح: أن الأوزاعي حدثه، أنّ يزيد الرقاشي حدّثه أنه سمع أنس بن مالك قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"إنّ بني إسرائيل افترقت على إحدى وسَبعين فرقة، وإن أمتي ستفترق على اثنتين وسبعين فرقة، كلهم في النار إلا واحدة. قال: فقيل: يا رسول الله، وما هذه الواحدة؟ قال: فقبض يَدَه وقال: الجماعة،"واعتصموا بحبل الله جميعًا ولا تفرّقوا". حدثنا أبو كريب قال، حدثنا المحاربي، عن ابن أبي خالد، عن الشعبي، عن ثابت بن قُطْبَة المدنيّ، عن عبد الله: أنه قال:"يا أيها الناس، عليكم بالطاعة والجماعة، فإنها حبل الله الذي أمرَ به، وإنّ ما تكرهون في الجماعة والطاعة، هو خيرٌ مما تستحبون في الفرقة". (تفسير الطبري  ج 7 / ص 75)
حدثنا إسماعيل بن حفص الأبُلِّيُّ قال، حدثنا عبد الله بن نمير أبو هشام قال، حدثنا مجالد بن سعيد، عن عامر، عن ثابت بن قطبة المدني قال: قال عبد الله: عليكم بالطاعة والجماعة، فإنها حبل الله الذي أمرَ به، ثم ذكر نحوه. (تفسير الطبري  ج 7 / ص 76)
وقوله تعالى: ( يوم تبيضُّ وُجُوهٌ وتسودُّ وُجُوهٌ ) يعني: يوم القيامة، حين تبيض وجوه أهل السنة والجماعة، وتسودّ وجوه أهل البدعة والفرقة، قاله ابن عباس، رضي الله عنهما. (تفسير ابن كثير  ج 2 / ص 92)
(وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ- وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(الزمر:60-61) . يخبر تعالى عن يوم القيامة أنه تسود فيه وجوه، وتبيض فيه وجوه، تسود وجوه أهل الفرقة والاختلاف، وتبيض وجوه أهل السنة والجماعة، قال تعالى هاهنا(تفسير ابن كثير - ج 7 / ص 111)
أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ (الشورى:13) أي: وصى الله سبحانه وتعالى جميع الأنبياء، عليهم السلام، بالائتلاف والجماعة، ونهاهم عن الافتراق والاختلاف, فإن الله تعالى يأمر بالالفة وينهى عن الفرقة فإن الفرقة هلكة والجماعة نجاة, بعث الله الأنبياء كلهم بإقامة الدين والألفة والجماعة وترك الفرقة والمخالفة. حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ، ثنا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ ثَابِتِ بْنِ قُطْبَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَخْطُبُ وَهُوَ يَقُولُ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّهُمَا حَبْلُ اللَّهِ الَّذِي أَمَرَ بِهِ". حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَبَّاسِ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حَمْزَةَ الْمَرْوَزِيُّ، ثنا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ الْمُقْرِئُ، ثنا عَلِيُّ بْنُ قُدَامَةَ، عَنْ مُجَاشِعِ بْنِ عَمْرٍوَ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ الْجَزَرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِي قَوْلِهِ: " " يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ "  قَالَ: تَبْيَضُّ وُجُوهُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ".( تفسير ابن أبي حاتم ج 3 / ص 124) حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ، ثنا أَبُو دَاوُدَ، ثنا أَبَانُ الْعَطَّارُ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ سَلامٍ، عَنْ أَبِي سَلامٍ، عَنِ الْحَارِثِ يَعْنِي أَبَا مَالِكٍ الأَشْعَرِيَّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:"أَنَا آمُرُكُمْ بِخَمْسٍ أَمَرَنِي اللَّهُ بِهِنَّ: الْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَالْجَمَاعَةِ، وَالسَّمْعِ، وَالطَّاعَةِ، وَالْهِجْرَةِ".( تفسير ابن أبي حاتم ج 7 / ص 269)
( واعتصموا بِحَبْلِ الله ) أي القرآن وروى ذلك بسند صحيح عن ابن مسعود  وأخرج غير واحد عن أبي سعيد الخدري قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " كتاب الله هو حبل الله الممدود من السماء إلى الأرض " وأخرج أحمد عن زيد بن ثابت قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " إني تارك فيكم خليفتين كتاب الله عز وجل ممدود مابين السماء والأرض وعترتي أهل بيتي وإنهما لن يفترقا حتى يردا عليَّ الحوض " وورد بمعنى ذلك أخبار كثيرة وقيل : المراد بحبل الله الطاعة والجماعة ، وروي ذلك عن ابن مسعود أيضاً . أخرج ابن أبي حاتم من طريق الشعبي عن ثابت بن قطنة المزني قال : سمعت ابن مسعود يخطب وهو يقول : أيها الناس عليكم بالطاعة والجماعة فإنهما حبل الله تعالى الذي أمر به ، وفي رواية عنه حبل الله تعالى الجماعة ، وروي ذلك أيضاً عن ابن عباس رضي الله تعالى عنهما وأبي العالية أنه الإخلاص لله تعالى وحده وعن الحسن أنه طاعه الله عز وجل وعن ابن زيد أنه الإسلام ، وعن قتادة أنه عهد الله تعالى وأمره وكلها متقاربة (تفسير الألوسي ج 3 / ص 156)
وقال ابن عادل في قوله : ( أَنْ أَقِيمُواْ الدين وَلاَ تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ ) بعث الأنبياء كلهم بإقامة الدين والألفة والجماعة وترك الفرقة والمخالفة .( تفسير اللباب لابن عادل ج 14 / ص 74)
أخرج سعيد بن منصور وعبد بن حميد وابن جرير وابن المنذر والطبراني من طريق الشعبي عن ابن مسعود (واعتصموا بحبل الله جميعاً) قال: حبل الله الجماعة . وأخرج ابن جرير وابن أبي حاتم من طريق الشعبي عن ثابت بن فطنة المزني قال: سمعت ابن مسعود يخطب وهو يقول: أيها الناس عليكم بالطاعة والجماعة فإنهما حبل الله الذي أمر به. 
أخرج ابن أبي حاتم وأبو نصر في الإبانة والخطيب في تاريخه واللالكائي في السنة عن ابن عباس في هذه الآية قال ( تبيض وجوه وتسود وجوه ) قال : تبيض وجوه أهل السنة والجماعة ، وتسود وجوه أهل البدع والضلالة .( الدر المنثور ج 2 / ص 407)
وأخرج الخطيب في رواة مالك والديلمي عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم في قوله تعالى ( يوم تبيض وجوه وتسود وجوه ) قال: تبيض وجوه أهل السنة ، وتسود وجوه أهل البدع.( الدر المنثور ج 2 / ص 407)
وأخرج أبو الشيخ عن ابن أبي نجيح . أن رجلين تخاصما إلى طاوس فاختلفا عليه فقال: اختلفتما علي فقال أحدهما لذلك خلقنا. قال: كذبت. قال: أليس الله يقول (وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ - إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ(هود:118-119) ؟ قال: إنما خلقهم للرحمة والجماعة.(الدر المنثور ج 5 / ص 362)
وأخرج ابن أبي شيبة من طريق ثابت بن عطية عن عبدالله قال: الزموا هذه الطاعة والجماعة فإنه حبل الله الذي أمر به وإن ما تكرهون في الجماعة خير مما تحبون في الفرقة إن الله لم يخلق شيئاً إلا جعل له منتهى، وإن هذا الدين قد تم ، وإنه صائر إلى نقصان وإن أمارة ذلك أن تقطع الأرحام، ويؤخذ المال بغير حقه، ويسفك الدماء ويشتكي ذو القرابة قرابته لا يعود عليه شيء، ويطوف السائل لا يوضع في يده شيء، فبينما هم كذلك إذ خارت الأرض خور البقرة يحسب كل إنسان أنها خارت من قبلهم فبينما الناس كذلك إذ قذفت الأرض بأفلاذ كبدها من الذهب والفضة لا ينفع بعد شيء منه ذهب ولا فضة.( الدر المنثور ج 9 / ص 189)
قوله عز وجل : ( ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة ) يعني كلهم على دين واحد وشريعة واحدة ( ولا يزالون مختلفين ) يعني على أديان شتى ما بين يهودي ونصراني ومجوسي ومشرك ومسلم فكل أهل دين من هذه الأديان قد اختلفوا في دينهم أيضاً اختلافاً كثيراً لا ينضبط عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال « تفرق اليهود على إحدى وسبعين فرقة أو اثنتين وسبعين والنصارى مثل ذلك وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة » أخرجه أبو داود والترمذي بنحوه عن معاوية قال « قام فينا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : ألا إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على اثنتين وسبعين فرقة وإن هذه الأمة ستفترق على ثلاث وسبعين اثنتان وسبعون في النار وواحدة في الجنة وهي الجماعة » أخرجه أبو داود قال الخطابي : قوله صلى الله عليه وسلم « وستفترق أمتي » فيه دلالة على أن هذه الفرق غير خارجة من الملة والدين إذ جعلهم من أمته وقال غيره المراد بهذه الفرق أهل البدع والأهواء الذين تفرقوا واختلفوا وظهروا بعده كالخوارج والقدرية والمعتزلة والرافضة وغيرهم من أهل البدع والأهواء والمراد بالواحدة هي فرقة السنة والجماعة الذين اتبعوا الرسول صلى الله عليه وسلم في أقواله وأفعاله . بقوله تعالى: (أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه) والمراد بإقامة الدين هو توحيد الله والإيمان به وبكتبه ورسله واليوم الآخر وطاعة الله في أوامره ونواهيه وسائر ما يكون الرجل به مسلماً ، ولم يرد الشرائع التي هي مصالح الأمم على حسب أحوالها فإنها مختلفة متفاوتة قال الله تعالى : ( لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجاً) وقيل أراد تحليل الحلال وتحريم الحرام، وقيل تحريم الأمهات والبنات والأخوات فإنه مجمع على تحريمهن ، وقيل لم يبعث الله نبياً إلا وصاه بإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والإقرار لله تعالى بالوحدانية والطاعة وقيل بعث الله الأنبياء كلهم بإقامة الدين والألفة والجماعة وترك الفرقة ( كبر على المشركين ما تدعوهم إليه ) أي من التوحيد ورفض الأوثان.(تفسير الخازن ج 5 / ص 360)
وعن ابى هريرة رضى الله عنه ان الله تعالى خلق الخلق اربعة اصناف الملائكة والشياطين والجن والانس ثم جعل هؤلاء عشرة اجزاء تسعة منهم الملائكة وواحد الثلاثة الباقي ثم جعل هذه الثلاثة عشرة اجزاء تسعة منهم الشياطين وجزء واحد الجن والانس ثم جعلهما عشرة اجزاء فتسعة منهم الجن وواحد الانس ثم جعل الانس مائة وخمسة وعشرين جزأ فجعل مائة جزء فى بلاد الهند منهم ساطوح وهم اناس رؤسهم مثل رؤس الكلاب ومالوخ وهم اناس اعينهم على صدورهم وماسوخ وهم اناس آذانهم كآذان الفيلة ومالوف وهم اناس لا يطاوعهم ارجعلهم يسمون ذوال ياى ومصير كلهم الى النار وجعل اثنى عشر جزأ منهم فى بلاد الروم النسطورية والملكانية والاسرائيلية كل من الثلاث اربع طوائف ومصيرهم الى النار جميعا وجعل ستة اجزاء منهم فى المشرق يأجوج ومأجوج وترك وخاقان وترك حد خلخ وترك خزر وترك جرجير وجعل ستة اجزاء فى المغرب الزنج والزط والحبشة والنوبة وبربر وسائر كفار العرب ومصيرهم الى النار وبقى من الانس من اهل التوحيد جزء واحد فجز أهم ثلاثا وسبعين فرقة اثنتان وسبعون على خطر وهم أهل البدع والضلالات وفرقة ناجية وهم اهل اسنة والجماعة وحسابهم على الله تعالى يغفر لمن يشاء ويعذب من يشاء وفى الحديث « ان بنى اسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين فرقة وتفرق امتى على ثلاث وسبعين فرقة كلهم فى النار الا فرقة واحدة » قالوا من هى يا رسول الله قال « من هم على ما انا عليه واصحابى » يعنى ما انا عليه واصحابى من الاعتقاد والفعل والقول فهو حق وطريق موصل الى الجنة والفوز والفلاح وما عداه باطل وطريق الى النار ان كانوا اباحيين فهم خلود والا فلا .( تفسير حقي ج 1 / ص 9)  قال رسول الله صلى الله عليه وسلم « وانا آمركم بخمس الله امرنى بهن بالسمع والطاعة والجهاد والهجرة والجماعة فانه من فارق الجماعة قيد شبر فقد خلع ربقة الاسلام من عنقه الا ان يراجع » والربقة بكسر الراء وفتحها وسكون الباء الموحدة واحدة الربق وهى عرى فى حبل يشد به اليهم وتستعار لغيره. (تفسير حقي ج 3 / ص 220)
( وعلى الله قصد السبيل ) القصد مصدر بمعنى الفاعل يقال سبيل قصد وقاصد اى مستقيم على نهج اسناد حال سالكه اليه كأنه ييقصد الوجه الذى يؤمه السالك لا يعدل عنه والمراد بالسبيل الطريق بدليل اضافة القصد اليه اى حق عليه سبحانه بموجب رحمته ووعده المحتوم لا واجب اذ لا يجب عليه شئ من بيان الطريق المستقيم الموصل لمن يسلكه الى الحق الذى هو التوحيد بنصب الادلة وارسال الرسل وانزال الكتب لدعوة الناس اليه ( ومنها ) فى محل الرفع على الابتداء اما باعتبار مضمونه واما بتقدير الموصوف اى بعض السبيل او بعض من السبيل فانها تذكر وتؤنث . قال ابن الكمال الفرق بين الطريق والصراط والسبيل انها مستاوية فى التذكير والتأنيث اما فى المعنى فبينهما فرق لطيف وهو ان الطريق كل ما يطرقه طارق معتادا كان او غير معتاد والسبيل من الطرق ما هو معتاد السلوك والصراط من السبيل مالا التواء فيه اى لا اعوجاج بل يكون على سبيل القصد فهو اخص ( جائر ) اى مائل عن الحق منحرف عنه لا يوصل سالكه إليه وهو طريق الضلال التى لا يكاد يحصى عددها المندرج كلها تحت الجائر كاليهودية والنصرانية والمجوسية وسائر ملل الكفر واهل الهواء والبدع ومن هذا علم ان قصد السبيل هو دين الاسلام والسنة والجماعة جعلنا الله واياكم على قصد السبيل وحسن الاعتقاد والعمل وحفظنا واياكم من الجائر والزيغ والزلل . (تفسير حقي ج 6 / ص 487)
( بلغ ما انزل اليك ) وطلب الاجر على اداء الواجب لا يليق ولأن متاع الدنيا اخس الاشياء فكيف يطلب فى مقابلة تبليغ الوحى الالهى الذى هو أعز الاشياء لأن العلم جوهر ثمين والدنيا خزف مهين ولأن طلب الاجر يوهم التهمة وذلك ينافى القطع بصحة النبوة فمعنى الآية لا اسألكم على التبليغ اجرا اصلا الا ان تودونى لاجل قرابتى منكم وبسببها وتكفوا عنى الاذى ولا تعادونى ان كان ذلك اجرا يختص بى لكنه ليس باجر لأنه لم يكن بطن من بطونكم يا قريش الا وبينى وبينها قرابة فاذا كانت قرابتى قرابتكم فصلتى ودفع الاذى عنى لازم لكم فى الشرع والعادة والمروءة سوآء كان منى التبليغ او لا وقد كنتم تتفاخرون بصلة الرحم ودفع الاذى عن الاقارب فما لكم تؤذوننى والحال ما ذكر ويجوز ان يراد بالقربى اهل قرابته عليه السلام على اضمار المضاف وبالمودة مودة اقربائه وترك اذيتهم فكلمة فى على هذا للظرفية والظرف حال من المودة والمعنى الا ان تودوا اهل قرابتى مودة ثابتة متمكنة فيهم روى أنها لما نزلت قيل يا رسول الله من قرابتك هؤلاء الذين وجبت علينا مودتهم قال « على وفاطمة وابناى » اى الحسن والحسين رضى الله عنهم ويدل عليه ما روى عن على رضى الله عنه أنه قال شكوت الى رسول الله عليه السلام حسد الناس لى فقال « اما ترضى ان تكون رابع اربعة » اى فى الخلافة « اول من يدخل الجنة انا وانت والحسن والحسين وازواجنا عن ايماننا وشمائلنا وذرياتنا خلف ازواجنا » قال سعدى المفتى فيه ان السورة مكية من غير استثناء منها ولم يكن لفاطمة حينئذ اولاد وعنه عليه السلام « حرمت الجنة على من ظلم اهل بيتى وآذانى فى عترتى ومن اصطنع صنيعة الى احد من ولد عبد المطلب ولم يجازه فأنا اجازيه عليها غدا اذا لقينى يوم القيامة » وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم « من مات على حب آل محمد مات شهيدا الا ومن مات على حب آل محمد مات مغفورا له الا ومن مات على حب آل محمد مات تائبا الا ومن مات على حب آل محمد مات مؤمنا مستكمل الايمان الا ومن تاب على حب آل محمد بشره ملك الموت بالجنة ثم منكر ونكير الا ومن مات على حب آل محمد يزف الى الجنة كما تزف العروس الى بيت زوجها الا ومن مات على حب آل محمد فتح له فى قبره بابان الى الجنة الا ومن مات على حب آل محمد جعل الله قبره مزار ملائكة الرحمة الا ومن مات على حب آل محمد مات على السنة والجماعة الا ومن مات على بغض آل محمد جاء يوم القيامة مكتوب بين عينيه آيس من رحمة الله الا ومن مات على بغض آل محمد مات كافراً الا ومن مات على بغض آل محمد لم يشم رائحة الجنة  (تفسير حقي ج 13 / ص 79) فأهل السنة والجماعة وهم الذين يعيشون عقيدة وعبادة علىما كان عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم وأصحابه يعرفون يوم العرض بابيضاض وجوههم. حرمة الخروج عن أهل السنة والجماعة ، واتباع الفرق الضالة التي لا تمثل الإِسلام إلا في دوائر ضيقة كالروافض ونحوهم. وَكُلُّ مَنْ تَابَ إِلَى اللهِ ، وَرَجَعَ عَمَّا كَانَ فِيهِ مِنَ الكُفْرِ وَالشِّرْكِ وَالمَعْصِيَّةِ وَالنِّفَاقِ وَآمَنَ بِقَلْبِهِ ، وَعَمِلَ صَالِحاً بِجَوَارِحِهِ ، وَاسْتَقَامَ عَلَى السُّنَّةِ وَالجَمَاعَةِ ، وَلَمْ يُشَكِّكَ ، فَإِنَّ اللهَ يَغْفِرُ لَهُ ذُنُوبَهُ وَيَتُوبُ عَلَيْهِ .( أيسر التفاسير لأسعد حومد ج 1 / ص 2416)
(واعتصموا بحبل الله جميعا) كونوا على دين الله بالاتباع بالإسلام والاعتقاد والطاعة والإخلاص، وعن ابن مسعود بالطاعة والجماعة، فينجو من النار إلى الجنة، كمن يمسك ببل يطلع به، من مضرة، أو يرتفع به إلى منفعة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: القرآن حبل الله المتين  ( تفسير اطفيش إباضي ج 1 / ص 455. هذا الدليل يدل عل المسلمين إن الله يعمركم بالجماعة لأن الجماعة يجتمع الناس بالإمام وحدة الذي يحفظ الأنفس,  والآ مْوال, والدماء, والدين. يُخرجُ الناس من الظُّلُمات إلى النُّور ويدْعُون إلى الْخيْر ويأمُرُون بالمعرُوف وينهون عن الْمُنكر.والجماعة يحكموان بحكم وحدة ليحكُم بين الناس فيما اختلفُوا فيه.هذا مقصد الشرع الذي شرع النبيين محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم. فبعث اللهُ النبِيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهُمُ الكتاب بالْحق ليحكُم بين الناس فيما اختلفُوا فيه وما اختلف في إلا الذين أُوتُوهُ من بعد ما جاءتهُمُ البيناتُ بغيا بينهُم فهدى الله الذين ءامنُوا لما اختلفُوا فيه من الحق بإذنه واللهُ يهدي من يشاءُ إلى صراط مُستقيم.  والله اعلم
Kalau kita perhatikan secara seksama "ASWAJA" dalam kajian kitab kuning, lebih menekankan pada pengorganisasian umat islam yang aturan mainnya berpegang pada Al-Qur'an, As-sunah dan jalan yang telah ditempuh oleh para shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penjelasan dan Dasar hukum diatas menggambarkan betapa pentingnya berjama'ah (berorganisasi), karena hanya dengan bersatulah apa yang dicita-citakan umat Islam akan mudah tercapai. Pembentukkan pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, penegakan hukum yang adil, peningkatan kesejahtraan umat, dan sebagainya, hanya akan berhasil apabila kita mau bahu-membahu menciptakannya lewat organisasi. Sebesar apapun kekuatan kita, apabila bergerak sendiri-sendiri, mengambil kebijakan sendiri-sendiri tanpa koordinasi organisasi, saya yakin itu akan sia-sia.
Sebagai sebuah ilustrasi, jika ada mobil mogok ditengan jalan, masing-masing mengambil bagian, bergerak sendiri-sendiri, dua orang mendorong dari depan, dua orang mendorong dari belakang, lima orang dari sampng kiri, sepuuh orang dari samping kanan dengan waktu yang bersamaan atau tidak bersamaan, dengan kepentingan yang berbeda-beda, tanpa ada arahan dan manajerial organisasi, hasilnya akan sia-sia.
Dengan berorganisasi kita dapat memperkecil priksi-priksi yang berkaitan dengan perbedaan penafsiran dalam beragama, dapat memperkecil kesenjangan social, sehingga pada gilirannya kita akan terhindar dari berpecah belah yang jelas-jelas dilarang oleh Al-Qur'an.
Menghindari pecah belah dan memperkokoh persatuan dan kesatuan melalui jalan organisasi, jelas merupakan amal saleh yang akan menyelamatkan kita semua.
Saya berkeyakinan, orang Islam yang saleh yang berorganisasi, jauh lebih baik berbanding 100 kesalehan orang Islam yang tidak berorganisasi. Hal ini dapat difahami, karena kesalehan tanpa organisasi hanya bisa menyelamatkan diri sendiri, sedangkankan kesalehan yang berorganisasi akan menyelamatkan banyak umat, bukankah sabda Rasulallah SAW "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya" 





No comments:

Post a Comment